Orasi ilmiah Yudisium ke-89
ORASI ILMIAH
Mewujudkan Sarjana dan Magister Pendidikan yang Moderat
dalam Kehidupan Masyarakat Majemuk
Oleh:
Dr. Rohmadi, M.Pd
Fasilitator Nasional Moderasi Beragama / Dosen Pendidikan Agama Islam
(disampaikan dalam Yudisium ke-89 FITK, 24 Juni 2024)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yth. Rektor/Wakil Rektor, Dekan/Wakil Dekan, Kabag, Kasub, Tendik, para Kaprodi/Sekprodi, beserta seluruh civitas akademika FITK, peserta yudisium dan para wali alumni yang berbahagia.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa berkumpul di ruangan ini dalam rangka yudisium ke 89 FITK. Salam dan sholawat marilah kita haturkan pula kepada Nabi Besar, Muhammad SAW., semoga kita mendapatkan safaatnya di hari akhir kelak. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Pada kesempatan yang istimewa ini, saya dengan bangga mengucapkan selamat kepada seluruh peserta yudisium ke-89 FITK UIN RF. Saya berharap kalian dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh dengan baik, memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, dan terus bersemangat dalam menambah pengetahuan guna meningkatkan kompetensi, baik dalam bidang akademis maupun non-akademis.
Sebelum memaparkan orasi ilmiah, izinkan saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan dan jajaran pimpinan FITK atas kehormatan yang diberikan kepada saya untuk memberikan orasi ilmiah pada yudisium ke-89 FITK ini, dengan judul “Mewujudkan Sarjana dan Magister Pendidikan yang Moderat dalam Kehidupan Masyarakat Majemuk”.
Bapak dekan, dan hadirin yang terhormat.
Mengawali orasi ilmiah ini, saya akan mengutip firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah: 143: Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu
Beberapa tafsir ayat di atas antara lain: 1) Tafsir Kemenag : Umat pertengahan berarti umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun perilaku. 2) Tafsir al-Kabir (hlm. 145) (w. 150 H/767 M), kitab ini dianggap sebagai kitab tafsir tertua di kalangan muslim, dalam tafsirnya, Muqatil mengartikan ummatan wasathan dengan makna umat yang adil (‘adlan). 3) Imam al-Thabari (w. 923) dalam tafsirnya, Jami’ al-Bayan fi Takwil al-Qur’an (hlm. 142), Baginya, kata ummatan wasathan bermakna umat nabi Muhammad adalah umat yang moderat dalam beragama, tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan (la gulwun wa la taqshirun).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa makna ummatan wasathan ada tiga, yaitu; pertengahan (moderat), adil, dan terbaik (pilihan). Satu hal yang patut ditadabburi dari surah al-Baqarah [2] ayat 143 di atas selain Allah telah menjadikan umat nabi Muhammad sebagai umat terbaik, moderat, dan adil, yakni apakah sudah kita sebagai umat Islam berusaha mewujudkan “label” tersebut pada diri kita semua?
Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman, baik dari segi etnis, budaya, bahasa, maupun agama. Keberagaman ini merupakan aset berharga yang harus kita jaga dan rawat dengan baik. Namun, keberagaman juga menuntut kita untuk memiliki sikap moderat, terutama dalam dunia pendidikan, agar mampu menciptakan lingkungan yang harmonis dan inklusif. Oleh karena itu, peran sarjana dan magister pendidikan sangatlah penting dalam mengawal nilai-nilai moderasi dalam kehidupan masyarakat majemuk.
Moderasi dalam Pendidikan
Moderasi adalah sikap yang menghindari ekstremisme, baik dalam pemikiran maupun tindakan. Dalam konteks pendidikan, moderasi berarti membentuk lulusan yang memiliki kemampuan berpikir kritis, toleran, dan mampu menghargai perbedaan. Sarjana dan magister pendidikan harus menjadi agen perubahan yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai moderasi dalam proses pembelajaran dan interaksi sosial di masyarakat.
Tantangan dalam Mewujudkan Moderasi
Namun, upaya mewujudkan sarjana dan magister pendidikan yang moderat tidaklah mudah. Ada beberapa tantangan yang harus kita hadapi, antara lain:
- Radikalisme dan Intoleransi: Fenomena radikalisme dan intoleransi masih menjadi ancaman serius dalam kehidupan masyarakat kita. Oleh karena itu, pendidikan harus berperan aktif dalam menangkal paham-paham radikal dengan memberikan pemahaman yang benar tentang nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan.
- Teknologi dan Media Sosial: Kemajuan teknologi dan media sosial seringkali menjadi sarana penyebaran informasi yang tidak benar dan provokatif. Sarjana dan magister pendidikan harus mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak dan menjadi penyeimbang dalam menyebarkan informasi yang benar dan edukatif.
- Kurangnya Pemahaman tentang Keberagaman: Masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya keberagaman sebagai kekuatan. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pentingnya menghargai perbedaan dan hidup berdampingan secara damai.
Strategi Mewujudkan Moderasi
Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, ada beberapa strategi yang dapat kita lakukan:
- Integrasi Nilai-nilai Moderasi dalam Kurikulum: Kurikulum pendidikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mengintegrasikan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan inklusivitas dalam setiap mata pelajaran.
- Pendidikan Karakter dan Moral: Pendidikan karakter dan moral harus menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Sarjana dan magister pendidikan harus menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan penghargaan terhadap sesama.
- Pengembangan Keterampilan Sosial: Lulusan pendidikan harus dibekali dengan keterampilan sosial yang memadai, seperti kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan menyelesaikan konflik secara damai.
- Pelatihan dan Workshop: Mengadakan pelatihan dan workshop secara berkala bagi dosen dan mahasiswa tentang pentingnya moderasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penutup
Hadirin yang saya hormati,
Mewujudkan sarjana dan magister pendidikan yang moderat dalam kehidupan masyarakat majemuk adalah sebuah tugas mulia dan penuh tantangan. Namun, dengan tekad dan usaha yang keras, kita yakin bahwa kita mampu melahirkan generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kebijaksanaan dan kearifan dalam menghadapi keberagaman. Marilah kita bersama-sama berkomitmen untuk terus mengembangkan nilai-nilai moderasi dalam dunia pendidikan, demi terciptanya masyarakat Indonesia yang damai, harmonis, dan sejahtera.
Sekian orasi ilmiah yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.