Selamat Datang di Situs Resmi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Semoga Situs Ini Benar-benar Menjadi Media Informasi Yang Up to Date Selamat & Sukses Kepada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Atas Diraihnya Akreditasi Dengan Predikat Unggul Selamat dan Sukses Kepada Prof. Dr. Ahmad Zainuri, M.Pd.I. Sebagai Dekan FITK Periode 2023-2024

Orasi ilmiah Yudisium ke-85


Orasi ilmiah Yudisium ke-85

MENYIAPKAN PENDIDIK PROFESIONAL DALAM MEMPERKUAT GENERASI MILENIAL YANG RAHMATAN LIL ‘ALAMIEN

Oleh: 

Dr. Fitri Oviyanti, M.Ag

(disampaikan dalam yudisium ke-85 FITK, Juni tahun 2023)

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Yth. Rektor/Wakil Rektor, Dekan/Wakil Dekan, Kabag, Kasub, Tendik, para Kaprodi/Sekprodi, beserta seluruh civitas akademika FITK, peserta yudisium  dan para wali alumni yang berbahagia.

Pertama-tama, marilah kita persembahkan puji syukur hanya  ke hadirat Allah SWT karena pada hari yang baik ini kita dapat menghadiri acara yudisium FITK UIN Raden Fatah Palembang ke-85. Salam dan sholawat marilah kita haturkan pula kepada Nabi Besar,  Muhammad SAW., semoga kita mendapatkan safaatnya di hari akhir kelak. Aamiin ya Rabbal alamiin. 

Pada kesempatan ini, saya turut bangga dan mengucapkan selamat kepada peserta yudisium ke-85 FITK UIN RF, dan berharap kalian mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh, memberikan kontribusi kepada masyarakat, dan tidak berhenti menambah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kompetensi, baik akademis maupun non akademis.

Sebelum memaparkan orasi ilmiah, izinkan saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan dan jajaran pimpinan FITK atas kehormatan yang diberikan kepada saya untuk memberikan orasi ilmiah pada yudisium ke-85 FITK ini, dengan judul “ Menyiapkan Pendidik Profesional dalam Memperkuat Generasi Milenial yang Rahmatan Lil ‘Alamiien.”

Pendahuluan 

Bapak dekan, dan hadirin yang terhormat.

Mengawali orasi ilmiah ini, saya akan mengutip firman Allah SWT dalam surat al-Anbiya’ ayat 107:

Wa maa arsalnaaka illa rohmatan lil ‘aalamiiin

Artinya:” Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. 

Konsep Islam Rahmatan lil ‘alamien 

Sayid Qutub saat menafsirkan Surat Al-Anbiya: 107, mengatakan bahwa makna Rahmatan Lil alamin adalah petunjuk bagi semua manusia, mengajak semua manusia kepada petunjuk, tapi kepada mereka yang siap dan mau menerima petunjuk itu, walaupun kasih sayang diberikan oleh Allah swt orang beriman dan yang tidak beriman. (Arif, 2020). Rahmatan lil ‘aalamiin, kalimat ini terdiri dari dua kata, pertama: Rahmat yang diambil dari kata رمح yang bermakna Rahim wanita, ketika disebut رمحة maka artinya adalah “kasih sayang dan kelembutan yang diiringi berbuat baik kepada yang disayangi”1 . Kata رمحة disebutkan sebanyak 25 ayat dalam Al-Qur’an dengan tema yang berbeda-beda, yang menunjukkan bahwa pentingnya dan tingginya kedudukan rahmat dalam ajaran Islam. Kedua kata “Lil ‘alamiin”  artinya adalah “untuk alam-alam”. At-Thabari berkata: “Lil ‘aalamiin” merupakan  jamak dari kata “’alam”,  yaitu nama bagi jenis-jenis umat atau bangsa, setiap jenis suku bangsa disebut “Alam”, karenanya manusia juga disebut alam dan setiap manusia disuatu zaman disebut alam. 

Ajaran Islam Rahmatan lil ‘aalamiien sebenarnya bukan hal yang baru, pondasinya sangat kuat dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Secara ettimologis, Islam berarti “damai”, sementara rahmatan lil ‘aalamiien berarti “Kasih sayang bagi semesta alam.” Dengan demikian,  generasi yang rahmatan lil ‘alamiien berarti generasi yang kehadirannya di dalam  kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia dan alam semesta. Islam rahmatan lil ‘aalamiien memiliki beberapa ciri, yaitu: 1. At Tawasuth yaitu sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak extrim kiri ataupun kanan;  2. At Tawazun yaitu seimbang termasuk dalam penggunaan dalil Naqli maupun 'aqli,  seimbang vertikal dan horizontal; dan 3. At Tasaamuh yaitu toleran menghargai perbedaan serta menghargai orang.

Generasi Milenial yang Rahmatan lil’alamien

Hadirin yang saya hormati, 

Generasi milenial merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga menimbulkan perubahan yang berjalan dengan sangat cepat. Istilah generasi milenial ditemukan oleh seorang peneliti ahli demografis, Willian Straus dan Neil Howe. (Hardika et al., 2019). Generasi milenial adalah generasi yang produktif, praktis, kreatif, kritis, dan inovatif. Kita semua sangat mengharapkan hadirnya generasi milenial yang berkualitas dan berkeseimbangan, baik dari aspek agama (akidah, syari’ah, akhlak), aspek Pendidikan dan ketrampilan, aspek keberadaban (budaya, nilai dan teknologi), aspek kesejahteraan (ekonomi dan non ekonomi), serta aspek sosial ( kemasyarakatan dan kebangsaan). (Khamida, 2022). 

Generasi milenial yang rahmatan lil ‘alamien sangat dibutuhkan di era society 5.0. era ini membutuhkan generasi yang memahami al-Qur’an dan Hadits untuk kebaikan semua manusia, alam, dan lingkungan. Rahmatan lil ‘alamien merupakan ciri keagungan Islam yang didalamnya terdapat makna penjabaran kongkrit bahwa orang lain ikut menikmatinya, merasakan faedahnya, terangkat martabatnya, dan siapa pun yang membutuhkannya akan terbantu olehnya. 

Implementasi rahmatan lil ‘aalamien membutuhkan rasionalitas, penguasaan diri, mampu mencari jalan keluar, pemaaf, kasih sayang, berbaik sangka, tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), adil, dan demokratis. Untuk itu dibutuhkan sebuah sikap yang bijaksana dalam mengelolanya, yaitu sebuah sikap yang professional, tidak mudah terpancing, tidak emosional, tetapi tetap sabar sembari memberikan pemahaman yang lengkap tentang Islam. Generasi milenial yang rahmatan lil ‘alamien akan mampu membumikan nilai-nilai al-Qur’an.

Tanggung jawab Pendidik Menguatkan  Generasi Milenial yang Rahmatan Lil ‘alamiien

Tanggung jawab guru sebagai pendidik pada era milenial menuntut guru tidak hanya memiliki kemampuan profesional, tetapi juga guru harus memiliki nilai-nilai yang mampu membentuk watak serta kepribadian peserta didiknya agar siap menghadapi dunianya. Diantara nilai yang harus dimiliki oleh guru adalah nilai-nilai rahmatan lil ‘alamien, yang meliputi humanis, kerja sama, sosial-profetik, toleransi, keteladanan, dialogis, serta peningkatan sumber daya manusia. (Mucharomah, 2017). 

Jika konsep Islam rahmatan lil ‘alamien dihubungkan dengan tanggung jawab pendidik pada era milenial, maka dibutuhkan model pendidikan berbasis rahmatan lil ‘alamien yang ditandai dengan ciri-ciri program sebagai berikut: Pertama, mengembangkan Pendidikan Islam damai, yaitu Pendidikan yang diarahkan kepada pengembangan pribadi manusia untuk memperkuat rasa hormat kepada hak azazi manusia dan kebebasan mendasar serta perlunya kemajuan pemahaman, toleransi dan persahabatan antar bangsa, ras, atau kelompok agama dan akan memajukan aktivitas Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memelihara perdamaian. (Saleh, 2020). Visi pendidikan damai harus tercermin dalam seluruh komponen pendidikan: tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar,tenaga pendidik, pelayanan administrasi, lingkungan dan sebagainya. Tujuan pendidikan harus memanusiakan manusia, kurikulum dirancang bersama guru dan peserta didik, proses belajar mengajar berlangsung secara manusiawi dan menyenangkan; tenaga pendidik yang profesional, hangat, menarik, inspiratif, humoris dan menyenangkan; pelayanan yang adil, manusiawi dan menyenangkan, serta lingkungan yang bersih, tertib, aman, nyaman, dan inspiratif.

Kedua, mengembangkan pendidikan kewirausahaan serta membangun kemitraan antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri. Pengembangan pendidikan kewirausahaan ini pun harus tercermin pada semua komponen pendidikan. Tujuan pendidikan harus mencakup mempersiapkan lulusan agar bisa hidup di masyakat; dalam kurikulum harus dimuat mata pelajaran teori dan praktek membuka usaha produk barang dan jasa, tenaga pendidiknya juga harus melibatkan kalangan praktisi.

Ketiga, mengembangkan ilmu-ilmu sosial yang profetik, yaitu= adalah ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberikan petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan. Tidak hanya mengubah demi perubahan, tetapi mengubah berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu. Yaitu cita-cita yang dimanahkan Allah dalam surat al-Imron ayat 110. ( “Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran (kejahatan), dan beriman kepada Allah.”). Ada tiga unsur paradigma profetik yang terdapat dalam ayat itu, yaitu Humanisasi yang artinya memanusiakan manusia dan implementasi dari nilai amar ma’ruf;  liberasi yang berarti pembebasan dan merupakan implementasi dari nilai nahyi munkar; dan transendensi yang merupakan implementasi dari nilai tu’minuuna billahi. (Anisa et al., 2021).

Keempat, memasukkan materi pelajaran tentang toleransi beragama dan pluralisme. Tujuannya agar peserta didik mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang keragaman dalam  beragama dan memiliki sikap toleransi dalam beragama. Rasa kasih sayang dan kemanusiaan harus menjadi dasar di atas semua sikap peserta didik, sehingga tujuan utama agama Islam untuk memanusiakan, memuliakan, mengasihi, dan mensejahterakan manusia dapat terlaksana. Untuk berbagai faktor yang bisa memicu terjadi konflik antara penganut agama, seperti perbedaan doktrin, kegiatan dakwah, pendirian rumah ibadah, dan sikap-sikap abad pertengahan,yaitu tertutup, sektarian, dendam, benci, dan rasa permusuhan harus dibuang dan diganti dengan sikap yang senantiasa mencari titik temu dengan mengedepankan sikap yang inklusif, toleran, moderat, pemaaf, saling menghormati, berbaik sangka, dan tolong menolong.

Kelima, mengajarkan Islam yang moderat sebagaimana yang telah menjadi mainstreaming Islam yang dianut mayoritas muslim di Indonesia sebagaimana yang dirumuskan kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan organisasi keislaman lainnya. Di dalam paham Islam aswaja ini,perbedaan pendapat sangat dihormati, tidak ada klaim kebenaran mutlak, yang memiliki kebenaran mutlak hanya Tuhan, dan tidak saling mengkafirkan. 

Keenam, mengembangan pendidikan yang seimbang antara kekuatan penalaran dan pengembangan wawasan intelektual, yang meliputi penguasaan sains dan teknologi(head), pengembangan spiritualitas dan akhlak mulia (heart), dan keterampilan bekerja vokasional (hand), yang antara satu dan lainnya saling menopang. Akal pikiran berperan memberikan landasan rasional, pendidikan keterampilan berperan untuk membantu memasuki dunia kerja, sedangkan pendidikan spiritual dan akhlak berfungsi sebagai jiwa.

Hadirin yang saya hormat, dari keseluruhan orasi ilmiah hari ini saya rangkum dalam beberapa pantun:

1.     Pagi-pagi makan kue talam

        Banyak di jual pedagang di pinggir jalan

        Rahmatan lil ‘alamien merupakan ajaran keagungan Islam

        Mengimplementasikannya membutuhkan sikap moderat, toleransi, dan keseimbangan.

2.     Di fakultas ada pak Faisal

        Di BAAK ada pak Karimin

        Siapkan diri anda menjadi pendidik & tendik yang professional

        Agar dapat menguatkan generasi yang rahmatan lil ‘alamin
 

3.     Gadis cantik sedang bercermin

        Cermin disimpan dalam kain berlapis

        Untuk dapat mendidik generasi rahmatan lil ‘aalamien

        Pendidiknya harus humanis, kooperatif, dan dialogis
 

4.     Pak dekan beli emas 24 karat

        Pak Wakil Dekan beli sekuter

       Jika kalian nanti sudah berkiprah di masyarakat

       Jangan lupa harumkan nama baik almamater

Akhirnya, billahi taufiq wal hidayah..wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Referensi

Anisa, R., Soraya, S. Z., & Nurdahlia, D. U. (2021). Konsep Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam. … Ilmu Pendidikan Islam05(02), 93–99. http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/kuttab/article/view/682%0Ahttps://journalfai.unisla.ac.id/index.php/kuttab/article/download/682/505

Arif, K. M. (2020). Moderasi Islam: Telaah Komprehensif Pemikiran Wasathiyah Islam, Perspektif al-Qur’an dan Sunnah. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/57682

Hardika, H., Nur Aisyah, E., & Gunawan, I. (2019). Buku Transformasi Belajar Generasi Milenial. In Education Inquiry.

Khamida. (2022). Generasi Milenial yang Rahmatan lil ’alamien di Era Society 5.0. https://duta.co/generasi-milenial-yang-rahmatan-lil-alamin-di-era-society-5-0

Mucharomah, M. (2017). Edukasia Islamika. Edukasia Islamika2(2), 172–190.

Saleh, M. N. I. (2020). Peace Education : Kajian Sejarah, Konsep, & Relevansinya Dengan Pendidikan Islam.