Orasi ilmiah Yudisium ke-86
Belajar Menjadi Pendidik/Tenaga Kependidikan Teladan dari Rasulullah Saw
Oleh:
Dr. Choirun Niswah M.Ag
(disampaikan dalam yudisium ke-86 FITK, September tahun 2023)
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh
Yth. Rektor/Wakil Rektor, Dekan/Wakil Dekan, Kabag, Kasub, Tendik, para Kaprodi/Sekprodi, beserta seluruh civitas akademika FITK, peserta yudisium dan para wali alumni yang berbahagia.
Pertama-tama, marilah kita persembahkan puji syukur hanya ke hadirat Allah SWT karena pada hari yang baik ini kita dapat menghadiri acara yudisium FITK UIN Raden Fatah Palembang ke-86. Salam dan sholawat marilah kita haturkan pula kepada Nabi Besar, Muhammad SAW., semoga kita mendapatkan safaatnya di hari akhir kelak. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Pada kesempatan ini, saya turut bangga dan mengucapkan selamat kepada peserta yudisium ke-86 FITK UIN RF, dan berharap kalian mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh, memberikan kontribusi kepada masyarakat, dan tidak berhenti menambah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kompetensi, baik akademis maupun non akademis.
Sebelum memaparkan orasi ilmiah, izinkan saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan dan jajaran pimpinan FITK atas kehormatan yang diberikan kepada saya untuk memberikan orasi ilmiah pada yudisium ke-86 FITK ini, dengan judul “ Belajar Menjadi Pendidik/Tenaga Kependidikan Teladan dari Rasulullah Saw.”
Pendahuluan
Bapak dekan, dan hadirin yang terhormat.
Kehadiran seorang pendidik dalam proses pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan tidak dapat tergantikan walaupun teknologi telah berkembang dengan pesat, namun demikian, masih terdapat fenomena dalam dunia pendidikan, dimana pendidik yang melakukan pekerjaannya kurang bertangungjawab dan jauh dari sosok teladan sebagaimana seharusnya. Keteladanan berarti segala hal yang bisa dicontoh atau ditiru oleh seseorang dari orang lain. Vitalnya figur manusia yang harus menjadi contoh bagi manusia lainnya. Allah Swt telah mendelegasikan Nabi Muhammad Saw sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. The Best Example, teladan paripurna, sumber teladan yang perlu diterapkan dalam setiap aspek kehidupan sehingga akan membentuk karakter yang berkualitas sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21.
Rasulullah Saw Sebagai Teladan Utama
Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran 31 disebutkan “Katakanlah ya Muhammad jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Alah akan mencintai kamu. Rasulullah adalah the living Qur’an pada diri Rasulullah tercermin dalam wujud nyata seluruh ajaran Al-Qur’an. Beliau seperti Al-Qur’an merupakan energi alamiah yang dashyat. Kekuatan ciptaan Allah Swt yang menyempurnakan rambu kehidupan dan potensi kekuatan lainnya. Sinergisitas mengagumkan antara kekuatan langit dengan potensi kekuatan bumi yang berlandaskan Cahaya Ilahi. Hakikat substansial tersebut berhasil disingkap secara paripurna oleh Nabi Muhammad Saw sebagai suluh penerang kehidupan yang benar-benar diutus Allah Swt untuk menerangi kehidupan umat manusia agar selalu berada di atas jalan kebenaran (Al-Ahzab 45-46). Legitimasi keteladanan Nabi muncul baik secara tekstual dalam Al-Qur’an maupun secara faktual dari umatnya dalam kehidupan beliau kemudian diikuti dengan kecintaan umatnya dari zaman ke zaman, membuktikan bahwa Nabi sebagai sebuah model keteladanan bagi umat manusia secara utuh, sosok ahli ibadah yang senantiasa membenamkan diri dalam peribadatan kepada Tuhannya, sosok legendaris yang gagah berani, sosok politikus yang menyelamatkan manusia dari perpecahan, sosok ayah, suami, dan pemimpin rumah tangga legendaris, sosok seorang kawan, teman dekat, dan sahabat tempat berbagai kesedihan dan menambatkan perasaan dan sosok seorang pendidik ideal (Sulistyani, 2022& Maya, 2017).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan, oleh karena itu pendidik seharusnya memiliki kepribadian yang baik seperti apa yang terdapat pada diri Nabi Muhammad Saw (Abdullah, 2019). Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki oleh pendidik berupa antara lain konsistensi dalam menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan-larangannya, kegigihan dalam meraih prestasi secara individu dan sosial, ketahanan dalam menghadapi tantangan, rintangan dan godaan serta kecepatan dalam bergerak dan beraktualisasi (Maya, 2017).
Rasulullah sebagai teladan utama bagi umat manusia khususnya bagi seorang pendidik. Beliau adalah seorang pendidik profesional yang sempurna bagi peserta didiknya yang kala itu merupakan para sahabat dan umatnya (Ahmad, 2012), yang berhasil menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang baik, mampu memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat, dan mampu memperbaiki akhlak masyarakat pada kala itu. Keberhasilan Rasulullah saw tentunya dikarenakan akhlak dan etika beliau dalam setiap penyampaian ilmunya yang sangat sempurna dan patut untuk diaplikasikan kepada para pendidik masa kini. Setelah Nabi figur teladan selanjutnya adalah para sahabatnya (Pane, 2022).
Pendidik merupakan figur yang sangat dekat, dan yang setiap saat dapat diteladani peserta didiknya. Peran pendidik sebagai pemimpin gerakan perubahan memikul beban berat dalam membimbing peserta didik dan mempengaruhi generasi berikutnya. Jika dihubungkan dengan pengembangan sumber daya manusia yang unggul dan lahirnya generasi baru yang berkualitas, maka peran pendidik dianologikan sebagai peletak dasar. Karena besarnya fungsi dan kewajiban seorang pendidik sebagai komponen pendidikan, maka diperlukan keteladanan yang unggul dan ideal bagi pendidik untuk mewujudkan cita-cita menjadikan peserta didik sebagai generasi yang cemerlang dan berkualitas (Darwin, et al, 2023). Dalam proses pembelajaran, Nabi selalu melakukannya dengan memberikan contoh langsung, tidak hanya teori, bahkan beliau melakukannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada para sahabat.
Nabi Muhammad Saw. adalah pendidik agung dan mulia telah mencanangkan pendidikan sejak usia dini, meminta kepada orang tua dan pendidik menjadi teladan bagi peserta didiknya. Nabi memerintahkan kepada para orang tua untuk menanamkan iman kepada anak sejak dini, melatih dan membiasakan akhlak dan karakter yang baik. Nabi sebagai pendidik, pembersih jiwa, dan yang memperbaiki keadaan. Beliau bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya dengan mengerahkan segala yang beliau punya, jiwa raga untuk mendidik para sahabat dengan pendidikan paripurna, sehingga upaya itu menghasilkan satu generasi yang terbaik sebagaimana disebutkan Al-Qur’an sebagai Khairu ummah “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar dan beriman kepada Allah” (Abdullah, 2019).
Demikian Islam menunjukkan pribadi Rasulullah Saw sebagai seorang pendidik yang menjadi sumber pengetahuan, kiblatnya keteladanan, dan pembimbing yang bijak. Sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah beliau menjadi bukti kelengkapan menjadi seorang pendidik. Rasulullah saw dikenal dengan kepribadiannya yang agung. Beliau merupakan sosok yang lemah lembut dalam mendidik, santun dalam bertutur kata, mendahulukan memberi contoh sebelum menegur, tulus dalam mensyiarkan ilmu pengetahuan, berwibawa, serta ucapannya senantiasa mengandung hikmah. Agungnya kepribadian Rasulullah ini telah diabadikan oleh Allah swt. dalam Al-Quran Q.S Al Qalam ayat 4 yang artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
Sebagai seorang pendidik teladan Rasulullah Saw selalu mengedepankan fleksibilitas dalam mendidik, artinya tidak kaku dan tidak pula keras (ruhamâ’ bainahum); dan Rasulullah Saw adalah pendidik yang senantiasa mempermudah. Pada kesempatan lain Rasulullah Saw juga pernah menyampaikan dalam sabda beliau: “Mudahkanlah dan janganlah kalian mempersulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian saling memberikan kabar yang menakutkan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Tampak jelas dari kedua hadis di atas bahwa di antara kunci utama keberhasilan Rasulullah Saw sebagai pendidik adalah karena beliau senantiasa memberi kemudahan-kemudahan bagi para sahabat yang beliau didik. Meskipun Rasulullah Saw telah mencontohkan cara-cara mendidik yang memudahkan, namun fenomena hari ini tidak jarang terlihat pendidik yang berbuat sebaliknya. Pendidik yang seharusnya memudahkan justru mempersulit peserta didik; pendidik yang semestinya memberikan kabar gembira dengan motivasi-motivasi yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta didiknya justru dijejali dengan ancaman dan kata-kata yang berpotensi membunuh semangat belajar dan bahkan karakter baik yang ada dalam diri peserta didiknya (Yuniendel, 2019).
Beberapa sifat mulia yang patut diamalkan oleh para pendidik: Pertama Ikhlas. Seorang pendidik harus menanamkan sifat ikhlas dalam jiwa murid-muridnya, hanya untuk mencari ridha Allah. Kedua, Jujur, Jujur adalah penyelamat bagi pendidik di dunia dan di akhirat. Ketiga, satunya kata dengan perbuatan. Adanya perbedaan ucapan dan perilaku seorang pendidik hanya akan membuat seorang peserta didik berada dalam kebingungan. Keempat, adil dan egaliter, mewujudkan sikap adil dan menyamakan hak setiap murid sangat penting karena akan menebarkan rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka. Kelima, akhlak mulia adalah sikap terpuji yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Ucapan yang baik, senyuman dan raut muka dapat menghilangkan jarak antara seorang pendidik dengan muridnya. Keenam, tawadhuk. Dampak dari sifat tawadhuk bukan hanya dirasakan oleh seorang pendidik, tetapi juga akan dirasakan oleh para peserta didik. Ketujuh, Sifat berani adalah tuntutan yang seharusnya dipenuhi oleh setiap pendidik. Mengakui kesalahan tidak akan mengurangi harga diri seorang guru. Kedelapan, Jiwa humor yang sehat, dampak positifnya adalah terciptanya suasana nyaman atau pada pertemuan tertentu. Humor yang sehat dapat menghilangkan rasa jenuh, tetapi jelas dengan memperhatikan larangan untuk tidak berlebihan-lebihan. Tidak menyakiti dan menghina dalam bersenda gurau. Kesembilan, sabar dan menahan amarah, dampak amarah yang tidak terkontrol sangatlah menghinakan. Kesepuluh menjaga lisan, ejekan dan hinaan hanya akan menyebabkan jatuhnya harkat dan derajat orang. Hal ini akan menimbulkan adanya rasa permusuhan dan kemarahan. Kesebelas, Sinergi dan musyawarah, bermusyawarah dapat membantu seorang pendidik dalam menghadapi suatu permasalahan atau perkara sulit yang dihadapinya. Meminta pendapat orang lain tidak menunjukkan rendahnya tingkat martabat dan keilmuan sesorang. Bahkan sikap tersebut merupakan pertanda tingginya tingkat kecerdasan dan kebijaksanaan seseorang (Fitri Nur Arifin, et all, 2023).
Profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan merupakan keharusan dan sepenuhnya bergantung pada upaya setiap individual selain itu diperlukan juga ada pengembangan dalam pembinaan dengan pelatihan. Pendidik profesional adalah mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, seorang pendidik profesional menyadari sepenuhnya bahwa tugasnya sebagai pendidik menuntut performa yang berkualitas. Performa berkualitas itu dapat tercapai dengan adanya kesadaran dan niat baik dari setiap individu pendidik maupun tenaga kependidikan. Sejatinya profesionalisme seorang pendidik dalam orientasi spiritual, kepribadian, skill, kualitas, dan kompetensi guru diperkuat dengan mengikuti teladan Rasulullah (Sarnoto dan Nurmarina, 2022).
Nabi sebagai Uswatun Hasanah, bagi semua makhluk di alam semesta. Hal ini sudah ditransformasikan dalam spirit keteladanan dalam berbagai dimensi kehidupan Nabi. Untuk itu sangat penting menjadikan Nabi sebagai teladan dalam berbagai aktivitas kehidupan. Menurut Imam Al-Ghazali, kunci kebahagiaan umat Islam adalah mengikuti sunnah dan meniru Nabi Saw dalam segala hal yang dilakukan beliau mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.
Berada pada zaman sekarang dibutuhkan pendidik yang visioner yang bisa melihat dan mengantisipasi serta menjawab kebutuhan anak didik di masa yang akan datang. Seorang pendidik yang visioner selalu berorientasi pada tujuan pembelajaran dan memiliki semangat kerja yang tinggi dan selalu berusaha mengerjakan tugas pokoknya dengan sebaik-baiknya dan memiliki tanggung jawab memotivasi para peserta didik supaya memiliki semangat belajar yang tinggi demi meraih cita-cita masa depannya yang gemilang dalam upaya mencerdaskan bangsa. Dengan demikian PR bagi para pendidik untuk mempersiapkan peserta didik agar siap menghadapi tuntutan zaman (Tumanggor, 2022).
Kesimpulan:
Pada diri Nabi Muhammad Saw terdapat profil lengkap dari kurikulum Islam, sebuah profil yang hidup abadi sepanjang sejarah. Keteladanan yang paripurna dan lengkap dalam berbagai aspeknya.
Referensi
Al-Qur’an al Karim
Abdullah, Farhat, (2019) Metode Pendidikan Karakter Nabi Muhammad Saw Di Madrasah, Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam 2 (2), Universitas Islam As-Syafi’iyah, Vol 2 No 2
Ahmad Zain Sarnoto, Dien Nurmarina Malik Fadjar, Pembinaan Guru Profesional Berbasis Al-Qur’an, Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 11/NO: 01 Februari 2022 P-ISSN: 2614-4018 DOI: 10.30868/ei.v11i01.1404.
Akhiril Pane, Fathinahaya Nailatsani, Kode Etik Guru Menurut Perspektif Islam, Forum Paedagogik: Vol. 13, No. 1 (2022) P-ISSN: 2086-1915 | E-ISSN 2721-8414
Antonio, Syafi’i, 2007, Muhammad Saw The Super Leader Super Manajer, Jakarta: PLM
Arfandi, Kandiri (2021), Guru Sebagai Model Dan Teladan Dalam Meningkatkan Moralitas Siswa,Jurnal Edupedia, Vol. 6, No. 1, Juli 2021
Fahruddin, Nasution (2023) Guru Sebagai Teladan: Analisis QS Al-Ahzab Ayat 21, Jurnal Ilmiah Guru Madrasah (JIGM) Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2023
Fitri Nur Arifin, Haifa Fadillah Agustina, Husni Mubarak Pamungkas dan Inne Ratika, (2023) Implementasi Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW pada Siswa SMKN 7 Bandung, Jurnal Gunung Djati Conference Series, Volume 22 Conference Series Learning Class Tauhid and Akhlak
Rahendra Maya, (2017), Pemikiran Pendidikan Muhammad Quthb Tentang Metode Keteladanan (Al-Tarbiyah Bi Al-Qudwah), Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, Vol 06, No II, 2017.
Ratna Kasni Yuniendel dan Sasmi Nelwati, (2019) Meneladani Rasulullah SAW sebagai Pendidik yang Memudahkan, Jurnal Murabby, Vol. 2 No.1 April 2019 (1-12)
Sulistyani, Anjar dan Bambang Triyoga, (2022) Nabi Muhammad sebagai Figur Teladan Para Pendidik. Salam Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i Volume 9 No 6.
Tumanggor, Raja Oloan (2022) Menjadi Pendidik Visioner, diakes pada 12 September 2023 dari https://www.kompas.com/edu/read/2022/12/29/113621571/menjadi-pendidik-visioner
Disampaikan pada Orasi Ilmiah, Yudisium ke-86 FITK UIN Raden Fatah Palembang, Selasa, 19 September 2023.