Orasi ilmiah Yudisium ke-88
ORASI ILMIAH
RETHINKING REVOLUSI MENTAL
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Prof. Dr. AMILDA, M.A
Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang
2024
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam Sejahtera bagi Kita Semua
Yang terhormat,
Dekan FITK, Prof. Dr. Ahmad Zainuri, M.Pd.I
Wakil dekan 1, 2 dan 3
Kaprodi dan sekprodi
Dosen dan Tenaga kependidikan
Para sarjanawan/wati dan hadirin para wali mahasiswa yang sangat saya hormati,
Pada kesempatan ini, marilah kita memanjatkan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia- Nya kepada kita sehingga pada hari ini kita diberi Kesehatan baik jasmani maupun Rohani sehingga kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam rangka yudisium ke 88 FITK .
Tak lupa shalawat beriring salam kita haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang mana beliau telah meninggalkan 2 pedoman hidup bagi kita yaitu aL-Quran dan sunnahnya.
Hadirin yang Saya Hormati,
Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan orasi ilmiah sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang dengan judul:
“Rethinking Revolusi Mental dalam Perspektif Pendidikan Islam
di Indonesia”
Pada salah satu ayat yang menuntun umat manusia untuk melakukan revolusi mental adalah Q.S Ar-Rad ayat 11; Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. Ayat ini merupakan ayat yang menjelaskan tentang anugerah istimewa yakni pemberian kekuatan dan akal oleh Allah kepada manusia, karena manusia berkuasa atas dirinya sendiri dibawah naungan Allah. Oleh karena itu wajib bagi manusia untuk menentukan garis perubahan nasib dan nasab kehidupanya sesuai dengan jalan ikhtiar yang ditempuh.
Dalam konteks keindonesiaan, revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Revolusi mental diharapkan mampu mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehingga menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Revolusi mental berarti warga Indonesia harus kembali mengenal dan menjalankan karakter orisinil bangsa Indonesia yang santun, berbudi pekerti, dan bergotong royong.
Ringkasnya bahwa revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat baik pemerintah atau rakyat dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali nilai-nilai strategi yang diperlukan oleh Bangsa dan Negara untuk mampu menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan di era globalisasi. Revolusi mental melibatkan semacam strategi kebudayaan dengan melakukan transformasi etos, yaitu perubahan mendasar dalam mentalitas yang meliputi cara berpikir, cara merasa, cara mempercayai yang semuanya ini menjelma dalam perilaku dan tindakan sehari-hari. Tentu semuanya sangat erat dengan nilai-nilai keislaman yang telah diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauldan umat manusia di dunia.
Hadirin yang Saya Hormati,
Ada pertanyaan, bagaimana pentingnya rethinking revolusi mental untuk dilaksanakan ditinjau dari sudut pandang Islam. Dengan merenungkan kembali Revolusi Mental dari perspektif pendidikan Islam di Indonesia, dapat memperkuat peran pendidikan Islam dalam menciptakan masyarakat yang lebih berdaya dan berkeadilan, sesuai dengan visi pembangunan nasional yang diinginkan. Selanjutnya,pPentingnya untuk mempertimbangkan dan memikirkan kembali revolusi mental agar dapat dijelaskan dari beberapa sudut pandang.
Pertama, dalam konteks perubahan sosial. Ketika sebuah konsep atau inisiatif seperti Revolusi Mental diusulkan, itu seringkali sebagai respons terhadap situasi atau konteks sosial yang khusus pada waktu tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu, konteks sosial bisa berubah secara signifikan. Oleh karena itu, perlu untuk secara teratur mengevaluasi apakah inisiatif tersebut masih relevan dan efektif dalam konteks yang berubah. Kedua, perlunya perbaikan menyeluruh. Kebutuhan perubahan secara revolutif mental manusia memerlukan penyesuaian atau perbaikan agar lebih efektif. Ini bisa melibatkan perubahan strategi, peningkatan sumber daya, atau fokus pada area yang lebih penting atau terabaikan. Ketiga, partisipasi aktif masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam menerapkan revolusi mental sangat dibutuhkan agar dapat dilakukan evaluasi secara berkala agar pelaksanaan revolusi mental dapat diwujudkan.
Dengan demikian, rethinking revolusi mental merupakan bagian penting dari proses yang dinamis dalam mengelola inisiatif sosial dan menghadapi perubahan yang terus menerus dalam masyarakat. Hal ini membantu memastikan bahwa inisiatif tersebut tetap relevan, efektif, dan mampu memenuhi kebutuhan serta tantangan yang ada.
Dalam konteks Islam, revolusi mental juga memiliki relevansi penting, karena Islam mengajarkan nilai-nilai yang mendukung perubahan positif dalam diri individu dan masyarakat. Pentingnya revolusi mental dalam perspektif Islam dapat dilihat dari upaya untuk meningkatkan kesadaran akan kewajiban moral, tanggung jawab sosial, dan peningkatan spiritualitas yang lebih mendalam.
Oleh karena itu, maka usaha rethinking dalam pemahaman revolusi mental dalam pendidikan Islam di Indonesia dapat diterapkan dengan mengadopsi pendekatan kritis terhadap konstruksi sosial dan budaya yang menghambat perkembangan masyarakat. Rethinking mengacu pada proses mengurai dan menelaah struktur kekuasaan, norma, dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam suatu sistem untuk mengidentifikasi dan mengkaji paradigma serta pola pikir yang perlu diubah agar masyarakat dapat mengadopsi nilai-nilai baru yang sesuai dengan tuntutan zaman termasuk di dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan Islam secara total.
Hadirin yang saya hormati,
Selanjutnya, bagaimana Interaksi Revolusi Mental dalam Konteks Pendidikan Islam.
Dalam konteks menjadi seorang yang kaffah, maka revolusi mental dalam pendidikan Islam di Indonesia, diharapkan dapat terjadi transformasi yang signifikan dalam cara berpikir dan bertindak masyarakat, menuju kepada kemajuan yang lebih inklusif, inovatif, dan berkelanjutan. Untuk itu, perlunya kajian kritis terhadap revolusi mental dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia agar terjadi proses interaksi yang saling melengkapi.
Dalam konteks sejarah, maka pendidikan Islam telah menjadi bagian integral dari sejarah Indonesia, dengan kontribusi yang signifikan dalam membangun identitas dan budaya bangsa. Oleh karena itu, penting untuk terus merefleksikan peran pendidikan Islam dalam revolusi mental yang merupakan bagian dari sejarah perubahan sosial di Indonesia. Termasuk dalam menghadapai tantangan pendidikan dalam menghadapi era globalisasi dan modernisasi.
Interaksi yang terjadi di atas memiliki relevansi dengan nilai-nilai Islam, maka revolusi mental juga melibatkan transformasi nilai-nilai masyarakat. Pendidikan Islam harus dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkuat nilai-nilai Islam dalam masyarakat, seperti toleransi, keadilan, dan integritas. Selain itu, pendidikan Islam di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam pemberdayaan masyarakat, terutama di daerah-daerah pedesaan yang masih memerlukan akses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, perlu ada pemikiran ulang tentang bagaimana pendidikan Islam dapat lebih memperkuat komunitas lokal dan memberdayakan mereka secara ekonomi, sosial, dan politik.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah inovasi pendidikan. Sebab, dengan adanya akselerasi perkembangan teknologi informasi, pendidikan Islam juga perlu mengadopsi inovasi-inovasi dalam metode pembelajaran. Hal ini termasuk penggunaan teknologi dalam pendidikan jarak jauh, pengembangan kurikulum yang responsif terhadap kebutuhan zaman, dan memanfaatkan sumber daya pendidikan yang tersedia secara luas.
Hadirin yang saya hormati
Terkait dengan hal di atas ada baiknya kita meninjau bagaimana Peran Pendidikan Islam dalam Membentuk Karakter Bangsa.
Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter masyarakat. Pendidikan Islam berkontribusi dalam membentuk individu dengan mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kedermawanan, dan kesabaran yang bertanggung jawab dan berintegritas baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim, dan mendidik manusia yang shaleh bagi masyarakat insani yang benar.
Untuk menerapkan rethinking revolusi mental dalam pendidikan Islam di Indonesia berkaitan dengan kecerdasan afektif peserta didik adalah upaya membina moral (akhlak) peserta didik. Pendidikan Islam seharusnya bukan sekedar untuk menghafal, namun merupakan upaya atau proses, dalam mendidik peserta didik untuk memahami, mengetahui sekaligus menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Islam dengan cara membiasakan anak mempraktekkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Ajaran Islam sejatinya untuk diamalkan bukan sekedar di hafal, bahkan lebih dari itu mestinya sampai pada kepekaan akan amaliah Islam itu sendiri sehingga mereka mampu berbuat baik dan menghindari berbuat jahat (Qodri, 2003: 64-65).
Revolusi mental dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia telah menjawab kebutuhan pembentukan karakter, dan pengembangan moral dalam implementasi revolusi mental yang mengedepankan akhlak merujuk pada pendidikan; ta’lim, tarbiyyah, dan takdib. Dalam pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam tersebut harus meliputi : aspek ilahiah, fisik dan intelektual, kebebasan, mental, akhlak, professional dan berkarya dalam mewujudkan manusia yang berbudaya, berperadaban, dan berpengaruh, berkarakter dinamis dan kreatif. Karena itu, Pendidikan Islam yang ingin menanamkan spiritualitas harus dilaksanakan secara kontinu. Pendidikan Islam harus menanamkan nilai Ilahiyah dan kebebasan yang bersifat humanis.
Hadirin yang saya hormati
Pertanyaan terakhir, bagaimana Tantangan Revolusi Mental dalam Pendidikan Islam di Indonesia
Dari uraian sebelumnya, telah mengantarkan pada gambaran bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna. Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman, ilmu dan amal secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhirat.
Dengan demikian pendidikan Islam merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, termasuk lingkungan alam dan lingkungan manusia. Di dalam interaksi tersebut, maka terbuka kesempatan bagi pengembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan fitrahnya, melakukan inovasi dan kreativitas. Pendidikan Islam dimungkinkan dapat lebih berkembang sehingga lembaga pendidikan Islam memiliki daya tarik tersediri, karena lebih berdimensi keluar dan global.
Dalam konteks global, trend pendidikan dianggap mengalami pergeseran orientasi yang menempatkan pembangunan manusia seutuhnya melalui pendidikan dan latihan dengan beragam jenis, jenjang, sifat dan bentuknya. Pendidikan manusia Indonesia seutuhnya diidealisasikan menjadi titik puncak tercapainya pendidikan nasional yang sampai saat ini menjadi dambaan bangsa Indonesia. Sosok pribadi yang diidolakan belum juga dihasilkan, maka lembaga pendidikan dijadikan ekspektasi alternatif, sebagai instrumen utama proses kemanusiaan dan pemanusiaan, yaitu menghargai dan memberi kebebasan untuk berpendapat dan berekspresi. Penghargaan yang demikian adalah benih yang mulai tumbuh, dan sebagai sebuah proses kebebasan terus menerus diperjuangkan (Mahmud, 2005: 256).
Dalam proses menjadi manusia yang sesungguhnya itu, pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan Nasional dinilai oleh sebagian kalangan, masih kering dari aspek pedagogis dan lebih mekanistik dalam menjalankan fungsinya, sehingga terkesan hanya melahirkan peserta didik yang tidak memiliki dunianya sendiri. Hal ini dikarenakan konsep pendidikan telah dipaksa untuk menuruti konsep development kapitalis yang terelaborasi sedemikian rupa, demi memenuhi kebutuhan industrialisasi, sehingga alih-alih menjadikan pendidikan sebagai media pemberdayaan malah menjadi sarana penciptaan manusia intelektual yang terprogram secara maraton dan monoton.
Di sisi lain, paling tidak ada tiga hal yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan Islam, yaitu nilai (agama), status sosial dan cita-cita. Masyarakat yang terpelajar akan semakin beragam pertimbangannya dalam memilih pendidikan bagi anak-anaknya, mereka pun sudah sangat rasional dan mempertimbangkan prospektif ke depan. Fenomena kurang tertariknya masyarakat untuk memilih lembaga-lembaga pendidikan Islam, menurut A. Malik Fadjar sebagaimana dikutip oleh Syamsul Ma’arif, sebenarnya bukan karena telah terjadi pergeseran nilai atau ikatan keagamaannya yang mulai memudar, melainkan karena sebagian besar lembaga pendidikan Islam yang ada kurang bisa menjanjikan masa depan dan kurang responsif terhadap tuntutan dan permintaan saat ini maupun mendatang.
Akibatnya, tantangan pengembangan Pendidikan Islam di era modern meliputi: Pertama, perlunya proses integrasi antara pendidikan agama dan sains, kedua, perlunya digiatkan pelaksanaan dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran agama dengan pemahaman yang tepat terhadap ajaran agama dalam konteks zaman.
Bangsa Indonesia dilanda oleh berbagai krisis, terutama krisis kepercayaan terhadap para pemimpin, banyak peristiwa yang menunjukkan sikap yang tidak berlandaskan pada budi pekerti yang luhur. Banyak kejadian-kejadian negatif yang muncul, seperti teror, korupsi, pembunuhan, dan lain sebagainya, hal ini membuktikan bahwa nilai-nilai relegius dan moral bangsa sudah mulai menurun.
Sejalan dengan kejadian-kejadian di atas, maka pendidikan akhlak sangat penting dilakukan dan tidak dapat dipandang ringan. Dengan terbinanya akhlak maka kita berarti telah memberikan sumbangan yang besar bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Sebaliknya, apabila kita membiarkan kejahatan merajalela maka sama saja kita membiarkan bangsa kita terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Sedangkan akhlak yang mulia sebagaimana yang dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama faktor keluarga, pendidikan dan masyarakat. Dengan demikian tanggung jawab dalam pembinaan akhlak terletak pada kedua orang tua, pendidik dan masyarakat.
Tantangan utama dalam mengimplementasikan revolusi mental dalam Pendidikan Islam adalah memastikan bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam tetap terjaga tanpa mengorbankan kemajuan sosial dan ekonomi. Selain itu, perlu juga mengatasi resistensi dari beberapa kelompok yang mungkin tidak setuju dengan agenda revolusi mental.
Hadirin yang Saya Hormati,
Dari rangkaian uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam sejalan dengan program revolusi mental seperti yang diusung oleh Indonesia. Revolusi mental memegang peranan penting dalam pembangunan nasional di Indonesia. Namun, dalam konteks Pendidikan Islam, perlu dilakukan rethinking untuk memastikan bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam tetap terjaga dan dihormati. Melalui upaya pembaharuan dan strategi rethinking yang tepat, revolusi mental dapat memberikan kontribusi positif dalam membentuk masyarakat yang lebih baik dan beradab, sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Revolusi mental dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia telah menjawab kebutuhan pembentukan karakter, pengembangan moral, dan tantangan dalam implementasi revolusi yang mengedepankan akhlak merujuk pada pendidikan; ta’lim, tarbiyyah, dan takdib. Dalam pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam harus meliputi aspek ilahiah, fisik dan intelektual, kebebasan, mental akhlak, professional dan berkarya dalam mewujudkan manusia yang berbudaya, berperadaban, berpengaruh, berkarakter dinamis dan kreatif.
Hadirin yang saya hormati, demikianlah penyampaian orasi ilmiah pada yudisium FITK yang ke 88 ini semoga kita semua yang ada di ruangan ini senantiasa mendapat beribu kebaikan dari Allah SWT. Amin amin ya Rabbal alamain..
Mohon maaf atas segala khilaf, Saya akhiri wassalamualaikum wr wb