Orasi Ilmiah Yudisium ke-83
Orasi Ilmiah
Oleh: Dr. Haljuliza Fasari P., S.Pd., M.Si.
Koordinator Humas FITK UIN Raden Fatah/Dosen Luar Biasa Prodi PGMI FITK UIN Raden fatah
Naskah Orasi Ilmiah pada Yudisium ke-83 FITK UIN Raden Fatah Palembang
Tanggal 14 Desember 2022
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, was sholatu wassalamu ‘ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a’laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba’du.
Yth. Rektor/Wakil Rektor, Dekan/Wakil Dekan, para Kaprodi/Sekprodi, beserta seluruh civitas akademika FITK, hadirin, dan mahasiswa/i peserta yudisium yang berbahagia.
Pertama-tama, marilah kita persembahkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena pada hari yang baik ini kita dapat menghadiri acara yudisium FITK UIN Raden Fatah Palembang ke-83. Salam dan sholawat kita haturkan pula kepada Nabi Agung Nabi Muhammad SAW., semoga kita mendapatkan safaatnya di hari akhir kelak. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Saya turut bangga dan mengucapkan selamat kepada peserta yudisium FITK UIN RF, dan berharap kalian mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh, memberikan kontribusi kepada masyarakat, dan tidak berhenti menambah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kapasitas dan keterampilan.
Sebelum memaparkan orasi ilmiah, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan dan jajaran pimpinan FITK atas kehormatan yang diberikan kpd saya untuk memberikan orasi ilmiah pada yudisium ke-83 FITK ini, dengan judul “ Menyiapkan Pendidik Profesional dalam Menjawab Tantangan Era Society 5.0.”
Bapak Dekan dan hadirin yth., karena distingsi institusi kita UIN Raden Fatah tercinta ini adalah Islam Melayu, maka saya izin mengutip kearifan lokal Melayu dalam memulai orasi ilmiah ini. Kearipan Melayu tersebut berupa kata mutiara: “...Apa tanda Melayu terbilang, dalam pantun ilmu dituang. Apa tanda Melayu berbudi, membaca zaman ianya ahli”
Saya juga merujuk kearifan tokoh besar Islam Ali bin Abi Thalib (656-661 M) yang menyatakan, “…didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, sungguh mereka akan menghadapi masa yang berbeda dari masamu.”
Pendahuluan
Hadirin sekalian yang saya hormati, istilah masa society 5.0 atau super smart society yang selanjutnya saya sebut era masyarakat 5.0 sendiri pada awalnya diperkenalkan oleh negara Jepang pada tahun 2019, yang dibuat sebagai antisipasi dari gejolak disrupsi akibat revolusi industri 4.0, yaitu fase revolusi teknologi yang mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Hal ini bahkan menyebabkankeadaan penuh gejolak, ketidakpastian, kompleks dan ambigu yang dialami manusia secara global (Guo, Ling Cheng, 2019). Dikhawatirkan invansi tersebut dapat menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan apabila tidak diiringi dengan adaptasi dan strategi yang tepat terhadap kemajuan teknologi. Oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk menghadapi masa depan yang berubah sangat cepat. Dengan demikian masyarakat 5.0 merupakan masyarakat yang dapat mengatasi berbagai tantangan dan problem sosial dengan memanfaatkan integrasi ruang, baik fisik mau firtual (Skobelev & Borovik, 2017).
Konsep masyarakat 5.0 sendiri merupakan penyempurnaan dari berbagai konsep yang lahir sebelumnya. Mulai dari masyarakat 1.0, saat manusia pada masa pra-sejarah yang masih nomaden memasuki masa sejarah dengan mengenal tulisan. Lalu masyarakat 2.0 yang merupakan era di mana manusia telah tinggal menetap, mengenal teknologi pertanian, dan mulai bercocok tanam. Masyarakat 3.0 dikenal dengan masa revolusi industri abad ke-18 M., yakni saat manusia telah mampu memanfaatkan mesin uap untuk beraktivitas menggantikan tenaga manusia dan hewan, serta tahun 2011 era masyarakat 4.0 di mana manusia telah mengenal konsep big data yang dikumpulkan oleh Internet on Things (Hayashi, 2017), dan diubah oleh Artificial Intelligence (Ozdemir, 2018)untuk dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Kini, konsep masyarakat 5.0 hadir dengan memperkenalkan konsep bahwa semua teknologi dari masyarakat 4.0 adalah bagian dari hidup manusia itu sendiri, artinya kecanggihan teknologi tidak hanya berguna untuk mendapatkan informasi dan menganalisis data, namun untuk menjalani kehidupan. Dengan demikian akan tercipta keseimbangan antara peran masyarakat dan pemanfaatan teknologi (Faruqi, 2019).
Era masyarakat 5.0 tentunya berdampak pada segala sendi kehidupan, mulai dari aspek kesehatan, transportasi, komunikasi, industri, pertanian, dan pendidikan (Undang-Undang Sisdiknas, No.20/2003). Menghadapi era ini bukanlah hal mudah, sehingga mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan era tersebut merupakan suatu keharusan. Salah satu elemen penting yang harus menjadi perhatian untuk meningkatkan daya saing bangsa dan mendorong pertumbuhan ekonomi adalah mempersiapkan sistem pembelajaran yang lebih inovatif, dan mampu meningkatkan kompetensi lulusan calon pendidik yang memiliki keterampilan masyarakat 5.0 atau dikenal juga dengan keterampilan abad ke-21.
Keterampilan dalam Menghadapi era Masyarakat 5.0
Perubahan yang dibuat bukan hanya metode mengajar, namun yang terpenting adalah perubahan dalam perspektif konsep pendidikan itu sendiri. Trend di era ini lebih berfokus pada spesialisasi tertentu, maka kurikulum pendidikan Indonesia tentunya harus diarahkan pada upaya peningkatan keterampilan digital dan sikap individu abad ke-21 (Risdianto, 2019).
Oleh karena itu, kurikulum saat ini dan masa depan harus mengembangkan soft skill dan transversal skill, serta keterampilan tidak terlihat yang berguna dalam banyak situasi kerja seperti, keterampilan interpersonal, keterampilan hidup bersama, kemampuan menjadi warga negara yang berpikiran global, serta literasi media dan informasi, yang tidak dapat digantikan dengan teknologi secanggih apapun (Nastiti & Agni RNA, 2020).
Karena itu era masyarakat 5.0 adalah era kolaborasi antara manusia sebagai pusatnya (human–centered) dan teknologi sebagai dasarnya (technology based). Untuk menyiapkannya, ada dua hal yang harus dilakukan yakni adaptasi dan meng-upgrade kompetensi. Adaptasi yang merupakan proses penyesuaian diri, tentunya berjalan seiring dengan kompetensi yang dimiliki. Hal ini sangat penting karena kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerjanya. Karena itu selain kompeten, seorang pendidik harus lebih inovatif dan dinamis dalam mengajar di kelas (Alimudin, 2019).
Jadi, selain menguasai komponen tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut, pendidik perlu menguasai keterampilan utama abad ke-21. Keterampilan yang popular disebut 4C tersebut yakni, creativity and innovation skills (kreativitas), critical thinking (berpikir kritis), communication skills(berkomunikasi), dan collaboration skills atau berkolaborasi (Risdianto, 2019).
Keterampilan yang pertama, creativity and innovation skills, yaitu berkaitan dengan keterampilan berpikir seorang pendidik yang outside the box, mencoba pendekatan baru untuk menyelesaikan sesuatu, inovatif, dan menciptakan novelty.
Pembuktian nyata yang dapat dilakukan pendidik profesional dalam menghadapi tantangan era masyarakat 5.0 misalnya dengan kreatif menerapkan berbagai metode dan media pembelajaran mutakhir yang dihubungkan dengan topik aktual dalam kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan perangkat IT, misalnya komputer, LCD, internet, youtube, whatsapp, bahkan aplikasi tiktok yang sedang trend saat ini. Hal ini dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik, mengajak peserta didik berpikir kritis, kreatif, terampil, dan mampu bersaing dengan kemajuan abad ke-21.
Kedua, critical thinking dan problem solving. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan untuk memahami suatu permasalahan, mengkoneksikan berbagai informasi, memunculkan berbagai perspektif, hingga menemukan solusi dari permasalahan. Dengan memiliki kemampuan ini, seorang pendidik akan lebih mudah memahami sudut pandang orang lain, lebih terbuka terhadap pemikiran, ide, atau pendapat orang lain, yang mendorong munculnya innovation mindset.
Sedangkan problem solving merupakan kemampuan menyelesaikan masalah, yang akan sangat berguna pada kondisi yang sulit sehingga mampu fokus pada solusi, bukan pada masalah yang dihadapi. Kemajuan IT yang telah menghancurkan batas-batas, tentunya memunculkan persaingan global yang menimbulkan beragam tantangan. Maka dari itu kemampuan problem solving ini harus dimiliki agar mampu bersaing di era masyarakat 5.0.
Hadirin sekalian yang saya hormati, dalam era digital ini, arus informasi dapat diperoleh dari manapun, pendidik yang memiliki kemampuan berpikir kritis diharapkan akan mampu memilih sumber dan informasi yang relevan, menemukan sumber yang berkualitas, membedakan kebenaran dari suatu kebohongan atau hoax dari media sosial atau lainnya, dan mampu menemukan fakta dari suatu opini, akan memiliki modal dalam mengambil keputusan yang bijak sepanjang hidupnya kelak.
Ketiga, communication skills atau kemampuan komunikasi, yakni keterampilan menyampaikan pemikiran dengan jelas dan persuasif baik oral ataupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan mampu memotivasi orang melalui kemampuan berbicara. Oleh karena itu keterampilan ini sangat penting di dunia kerja dan dalam kehidupan bermasyarakat karena itu harus dimiliki oleh pendidik professional di era masyarakat 5.0.
Keempat, collaboration skills adalah keterampilan bagaimana seeorang bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.
Untuk itu, pemerintah antara lain telah mempersiapkan konsep merdeka belajar, sebagai upaya mengubah mindset teacher centered menjadi collaborate centered. Dalam collaborate centered, pendidik tidak selalu menjadi sumber informasi, namun peserta didik dapat melengkapi informasi yang disampaikan pendidik melalui sember belajar lain yang dimilikinya. Dengan demikian keduanya bersama-sama menjadi problem solver dalam dunia pendidikan (Kivunja C., 2014).
Pilar Pendidikan untuk Menyiapkan Pendidik Profesional dalam Era Masyarakat 5.0
Hadirin sekalian, kompetensi penting abad ke-21 tersebut relevan dengan empat pilar pendidikan yang digagas UNESCO (Kodir, 2011), dan tiga pilar pendidikan Islam. Pilar pendidikan UNESCO mencakup learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk terampil melakukan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Sedangkan tiga pilar pendidikan Islam, yakni pendidikan tauhid, pendidikan ahlak, dan pendidikan ibadah. Pada hakikatnya empat pilar pendidikan UNESCO dan tiga pilar pendidikan Islam ini sangat berkaitan dan berperan penting dalam upaya membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas, tapi juga bermoral atau akhlakul kharimah (ahlak yang terpuji) di era masyarakat 5.0. Kaitan pilar pendidikan UNESCO dan pilar pendidikan Islam terletak pada isi dan makna dari setiap pilar, serta peran pendidikan itu sendiri dalam menerapkan masing-masing pilar pendidikan. Karena itu konsep empat pilar pendidikan UNESCO merupakan bagian yang terintegrasi dari tiga pilar pendidikan Islam (Parawati, 2018).
Integrasi tersebut terlihat pada, pertama, pilar pendidikan tauhid, pilar ini mengajarkan tentang pentingnya mengenal Tuhan dan ciptaan-Nya. Belajar melalui penciptaan Tuhan adalah bagian dari learning to know, seperti firman Allah dalam surat al- Alaq ayat 1-5, yang ayat pertamanya langsung menegaskan dengan kata “bacalah.” Ayat ini memerintahkan manusia agar memiliki keimanan yaitu berupa keyakinan terhadap kekuasaan dan kehendak Allah, serta mengandung pesan ontologis terhadap sumber ilmu pengetahuan. Jadi pilar pendidikan Islam yakni pendidikan tauhid berintegrasi dengan pilar pendidikan UNESCO yaitu learning to know.
Kedua, pilar pendidikan akhlak. Pilar pendidikan akhlak sangat penting dan menjadi fokus utama dalam pendidikan Islam karena mengajarkan tentang budi pekerti, moral, etika, dan membangun karakter. Pilar ini merupakan salah satu misi diutusnya Nabi Muhammad S.A.W., seperti yang dikatakan Rasulullah, “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak,” (HR. Al-Baihaqi). Hal ini sejalan dengan salah satu dari empat pilar pendidikan UNESCO, yakni learning to be yang mengajarkan agar individu menjadi pribadi yang baik, dan learning to live together yang mengajarkan agar bersikap moderat dalam hidup bermasyarakat, dan harus berperilaku sesuai norma yang berlaku.
Selanjutnya, pilar pendidikan ibadah, yang sangat penting karena menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya. Sebagaiman firman Allah (QS: Adz-Dzariyat:56) yang artinya..”dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepada-Ku.” Artinya ibadah yang dilakukan manusia adalah bentuk pendekatan terhadap Sang Pencipta, dan merupakan representrasi dari serangkaian ilmu yang telah diperoleh atau learning to do (Laksana, 2016).
Integrasi pilar pendidikan di atas, tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaannya. Masing masing mengandung keterampilan yang saling terkait dan harus diberdayakan dalam kegiatan belajar mengajar di era masyarakat 5.0.
Hadirin yang berbahagia, dari paparan singkat tadi dapat saya simpulkan materi orasi sebagai berikut:
Pertama, dalam era yang harus diwaspadai saat ini yakni era masyarakat 5.0. tentunya institusi pendidikan harus menyiapkan lulusan yang unggul, yakni memiliki ketrampilan 4C, yakni creativity and innovation skills (kreativitas), critical thinking (berpikir kritis), communication skills(berkomunikasi), dan collaboration skills atau berkolaborasi.
Kedua, implementasi pilar pendidikan sangat penting dalam menghadapi era masyarakat 5.0., agar guru, pengajar atau pendidik tidak hanya unggul dalam bidang iptek namun juga menjadi pribadi yang baik, kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi, dan menjadi suri teladan bagi peserta didiknya.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga alumni FITK dapat merespon dengan baik apa yang telah saya sampaikan dan mampu menjadi pendidik unggul dan berkarakter Islami di era masyarakat 5.0.
Bapak Dekan, hadirin, dan alumni sekalian yang saya banggakan, sebagai orang Melayu tidak lengkap rasanya apabila orasi ini tidak ditutup dengan pantun, saya mohon izin untuk membaca dua bait pantun yang khusus saya buat untuk para alumni sekalian:
Anak Tarbiyah cantik dan gagah
Pulang kuliah membawa buku
Takdir berpisah tak dapat dicegah
Selamat jalan mahasiswa terbaikku
Sebelum pisah bepoto di Ampera
Rame di sano budak FITK
Sekarang kakak gesit cari kerja
Mako cepat melamar adinda
Demikian, lebih kurang saya mohon maaf, saya akhiri dengan ucapan, wallahul muwafiq, fastabiqul khoirot, billahit taufik wal hidayah, wassalamualaikum wr.wb.
Daftar Bacaan:
Al-Quran
Alimuddin, Z. (2019). Era Masyarakat 5.0 Guru Harus Lebih Inovatif dalam Era Revolusi Industri 4.0. Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Kemenristek Dikti.
Faruqi, U.A. (2019). Survey Paper: Future Service in Industry 5.0. Jurnal Sistem Cerdas 02 (1), 67-79.
Guo, Xiaohong, dan Ling Cheng. (2019). “Challenge, core competence development and future prospects of appraisers in the VUCA era. Proceedings of the 4th International Conference on Modern Management, Education Technology and Social Science, Paris, France, 20-22.
Hayashi, H.S. (2017). International Standardization for Smarter Society in The Field of Measurement, Control and Automation. 56th Annual Conference of The Society of Instrument and Control Eng.
Kivunja, C. (2014). Inovative Pedagogies in Higher Educations to Become Effective Teacher off 21st century skills: Unpacking the Learning and Innovation Domain of The New Learning Paradigm. International Journal of Higher Education, 3 (4), 37.
Laksana, Sigit Dwi.(2016). Integrasi 4 Pilar Pendidikan Unesco dan 3 Pilar Pendidikan Islam. Jurnal Al- Idarah, 6 (1), 43-61.
Nastiti, Faulinda A., Agni Rizal N.A. (2020). Kesiapan pendidikan Indonesia Menghadapi Era Society 5.0. Edcomtech: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 5 (1), 61-65.
Ozdemir, V.&. (2018). Birth of Industri 5.0: Making Sense of Big Data with Artificil Inteligence, “The Internet of Things” and Next Generation Technology Policy. Omics: A Journal of Integrative Biology 22 (1), 65-76.
Parawati, Ni Nyoman. (2018). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Risdianto, E. (2019). Akademia. Retrieved 07 2019,19, from Https://Wwww.AkademiaEdu/38353914/Analisis_Pendidikan_Indonesia_di_Era_Revol usi_Industri_4.0.Pdf.
Skobelev, P., & Borovik, Y. S. (2017). On the Way from Industry 4.0 to Industry 5.0: From Digital Manufacturing to Digital Society. International Scientific Research Journal <<Industry4.0>>. 307-311.
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 20 2003.